Kabar mengejutkan datang dari Tebing Tinggi, di mana seorang aparat arogan dari kepolisian diduga melakukan ancaman penembakan terhadap seorang karyawan. Insiden ini, yang langsung viral di media sosial, memicu kemarahan publik dan menyoroti kembali isu penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum penegak hukum. Korban telah melaporkan kejadian ini, dan penyelidikan mendalam kini sedang berlangsung.
Menurut keterangan korban, insiden dugaan ancaman penembakan ini terjadi di salah satu tempat usaha di Tebing Tinggi. Tanpa alasan jelas, oknum polisi tersebut tiba-tiba mengeluarkan senjata dan mengancam korban. Saksi mata di lokasi kejadian juga membenarkan adanya keributan tersebut, meski tidak semua mendengar secara jelas isi ancaman yang dilontarkan aparat arogan itu.
Merespons cepat aduan masyarakat dan viralnya berita, Propam (Profesi dan Pengamanan) Polri langsung bergerak. Kepala Bidang Propam Polda Sumatera Utara, Kombes Pol. Bambang T.B. Siregar, memastikan akan menindak tegas jika terbukti adanya pelanggaran. “Kami tidak akan mentolerir tindakan aparat arogan yang mencoreng nama baik institusi,” tegasnya dalam sebuah pernyataan resmi.
Penyelidikan Propam mencakup pemeriksaan intensif terhadap oknum polisi yang diduga terlibat, serta pengambilan keterangan dari korban dan saksi-saksi. Bukti-bukti rekaman kamera pengawas (CCTV) di lokasi kejadian juga akan diperiksa untuk memperkuat penyelidikan. Publik menuntut transparansi penuh dalam proses ini dan berharap keadilan ditegakkan.
Kasus ini menjadi sorotan penting karena berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian. Diharapkan, hasil penyelidikan Propam dapat mengungkap kebenaran dan memberikan sanksi yang setimpal bagi oknum aparat arogan yang terbukti bersalah. Ini juga menjadi pengingat bagi seluruh anggota kepolisian untuk senantiasa menjunjung tinggi etika dan profesionalisme dalam menjalankan tugas.
Kejadian di Tebing Tinggi ini harus menjadi momentum evaluasi internal kepolisian. Pembinaan mental dan etika yang lebih intensif perlu terus ditingkatkan untuk mencegah terulangnya insiden serupa. Publik berharap, kasus ini tidak hanya berhenti pada sanksi individu, melainkan juga memicu perbaikan sistemik demi terciptanya kepolisian yang lebih humanis dan dipercaya.
Masyarakat diimbau untuk tidak ragu melaporkan jika menemukan tindakan penyalahgunaan wewenang atau aparat arogan lainnya.
